Senin, 21 Januari 2013
4. I’ll Wear “It”
Hari Jum’at ini ada jadwal Liqo FADILAH AZ-ZAHRA, kelompoknya Lina. Seperti biasa, hanya aku Nining yang mengampu mereka. Ketika di kelas, Lina mendekatiku dan duduk disampingku. Dia membisikkan sesuatu, “Mbak, nanti bisa bicara bedua saja ga?”
Aku tersenyum, “ya bisa dong, nanti habis Liqo’ ya!”.
Maka hari ini Liqo’ berjalan seperti biasa sampai Liqo’ selesai. Semuanya keluar meninggalkan kelas. Kecuali aku dan Lina yang masih duduk.
“Mau cerita apa dek?,” tanyaku.
“Bagaimana ya mbak, aku bingung cerita dari mana? Mm … begini mbak, aku tuh sebenarnya ingin sekali berjilbab.”
“Oh … bagus itu, I’m happy to hear that,” kataku
“Tapi mbak, aku belum siap.”
“Belum siap. Belum siap apanya?”
“Ya … kelakuan aja masih kayak begini. Apa kata mereka kalau lihat aku berjilbab? Ya … mbak tahu sendirilah kakakku siapa dan karena ketenaran kakakku, secara otomatis, mereka juga kenal aku yang notabene adiknya Agus.”
Kasihan Lina. “Nggak usah dipikirkan itu dek kata-kata mereka. You are you, they are they … Mm … Begini, kamu itu orangnya cuek. Gunakan aja kecuekan kamu untuk mengatasi ke nggak percayadirian kamu atas kata-kata mereka nantinya yang mungkin bisa mematahkan semangat kamu.”
Lina hanya diam. “Yang pasti sekarang aku belum siap, tapi suatu saat aku pasti akan datang ke sekolah with it”. Aku memakluminya.
“Mbak, kayaknya kok nggak puas ya kalau sharingnya hanya lewat Liqo’,” Lina berkata lagi.
“Ya, kalau kamu nggak puas. Kita bisa surat-suratan,”saranku.
Lina berpikir, “nggak keberatan nih mbak?”
“Why not? Oke-oke aja,” jawabku.
“Ya udah mbak, thanks banget udah mau denger ceritaku.”
“Never mind. Kalau aku bisa bantu Insya Allah aku bantu”
Aku berjalan beriringan dengan Lina, “terus, pulang sendirian, dek?”
“Iya. Ah, sudah biasa mbak, kan aku juga naik motor. Mbak juga sendirian?”, Lina tanya balik.
”Aku masih nanti pulangnya. Masih ada Liqo’ sama teman-teman,” jawabku.
“Oh… begitu…”
“Ya udah, hati-hati di jalan, nggak usah ngebut,” pesanku.
Kami berpisah. Aku menuju kelas IPS untuk Liqo’. Mentor dan teman-temanku sudah menunggu di sana.
--- *** ---
Dari keputusan pada awal rapat bahwa eks Rohis yang sekarang kelas tiga hanya membantu Rohis kelas dua dalam program Liqo’ hanya satu semester saja. Soalnya di semester berikutnya kelas tiga sudah mulai memfokuskan diri untuk menghadapi UNAS. Jadi kalau dihitung, aku menjadi partnernya dik Nining tinggal tiga kali meeting lagi. Ini berarti tanggung jawabkupun hampir berakhir.
Di Liqo’ Jum’at ini aku memberitahukan mereka kalau pertemuanku dengan mereka tiggal dua kali lagi besok. Mereka kaget bercapur sedih. Wajah mereka mendung benar. Aku tidak tega melihatnya. But what can I do? Ini sudah kesepakatan yang diambil.
“Saat pulang sekolah keesokan harinya, Lina menghampiriku dan memberikanku sepucuk surat.” Dibaca nanti ya!” pesannya.
Kemudian ku baca surat itu di dalam bus.
Toex : Mbak Putri
di SOS 2
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Gimana kabarnya mbak? Smoga mbak always fine and under our god’s care. Okay? … (Sorry campur-campur bahasannya). Alhamdulillah aku dan my pren baik-baik aja.
To the point ya Ukhti,
Wah mbak, kok cepat banget ya our meeting? Katanya tinggal dua kali lagi. Kirain masih ada beberapa pertemuan lagi. E … ternyata situ udah hampir nggak ngampu kita lagi.
Mbak yang hitam manis, aku mau ngucapin thanks and sorry banget. Thanks a lot for you suggests for me. Trus porgipe me juga ya! Aku kan sering ngebatalin pertemuan Liqo’ kita and suka ejek-ejekan sama Ukhti. Maaf ya ! gak ada maksud untuk menghina !
Eh thi, aku mau nyeritain sejarahnya situ bisa ngampu Liqo’ kita. Begini dulu waktu ditawari pengampu Liqo’, aku disuruh memilih (soalnya dapat dua pengampu) pengampu yang pertama situ c.s. Dan
yang kedua Nana C.s. akhirnya aku pilih situ C.s. Aku kenal sama Tria trus yang Nana aku berikan ke teman kelompokku yang lain :
Pertama-tamanya kagok juga sih ! Aku kan belum pernah ketemu sama mbak. Membayangkan saja, you pasti sangar ya … pendiam and kaku. Ternyata you ceria banget, enak diajak ngobrol, asyik, enjoy! You juga punya sense of humor hi … hi … hi…
O’iya mbak … dulu aku pernah told you “Something special” to? Tolong disave ya ? I trust you. Mungkin buat orang lain hal itu sepele banget, tapi buatku ya … pentinglah. Aku juga nggak berani gembar-gembor sama orang-orang. Yang tahu juga cuma beberapa orang. Biarinlah! Yang penting, one day … I’ll come to school with it. Insya Allah.
Oke deh mbak, capek nih … ngantuk… so segini dulu ya. Tomorrow kalau ada waktu lagi kita sambung lagi komunikasi ini. Insya Allah ! Bye…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yours
Lina
--- *** ---
Tiba dirumah ketika sedang istirahat, ku limpahkan segenap hatiku untuk membalas surat dari Lina.
Dear Lina
Whereever you are
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
A’o dek, apa kabar? Moga baik-baik aja. Amin … aku juga baik-baik aja.
Oh iya dek, kemarin waktu Ramadhan, aku sebenarnya sedih banget coz cuma sekali aja pertemuan kita diawal Ramadhan. Kalau yang aku inginkan waktu itu kita Liqo’ biar lebih banyak waktu bertemunya. Tapi ya sudah nggak apa-apa. Kalaupun besok aku sudah tidak berada di samping kalian, masih ada Mbak Nining. Curhat-curhatan sama dia juga asyik, sama saja. Mm … I have an idea bagaimana kalau suatu saat nanti, aku muncul lagi di Liqo’ sebagai bintang tamu. Mungkin seru kali ya ?
Insya Allah aku akan mensave rahasiamu. Eh by the way, aku tuh salut sama kamu. Kamu bisa ceria setiap hari. Bisa nutupin masalah-masalah kamu dengan ketomboyan dan kecuekan kamu seakan-akan kamu tidak punya masalah.
Dek, I think segini dulu ya suratnya. Kita sambung di surat yang lain. Sorry and thanks. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
With love
Putri
3. Forca To WC!
Secara tidak sengaja, aku jadi sering ketemu dengan Lina dengan sahabatnya yang selalu menemaninya, Okta. Aku sendiri sering ketemunya saat lagi berjalan dengan teman sebangku ku Riandari, juga anggota Rohis. Dan yang lebih aneh lagi, kita sering bertemu di tempat yang mungkin dianggap kurang bagaimana begitu …, WC.
“Hai mbak Amin, … ,” sapa Lina dan Okta ketika lewat di depan kelasku. Aku mendelik, melotot kaget dan tidak mengerti, “Kok mbak Amin?...” mereka tertawa cekikikan.
“Kan mbak, kalau lagi Liqo’, teman-teman sering bilang Amin … Amin … begitu kan,” jelas Lina.
“Oh… begitu… “aku tersenyum. “mau ke WC ya dek…”godaku.
“he..he..he…” Mereka tertawa,” Lo, mbak sendiri mau ke mana?”
“Sama, ke WC tapi cuman nganterin teman. Kenalan dong …”suruhku pada mereka. Mbak Andari menyalami mereka “Andari …”
“Lina …”
“Okta …”
“Sana gih, kalian duluan yang masuk,” ku persilahkan mereka duluan ketika sudah sampai di depan WC. Setelah selesai, mereka keluar.
“Duluan balik ya mbak … yuk dah …dah…dah… Bye…bye… besok kita Forca to WC lagi ya,” mereka kembali ke kelas sambil cekikikan.
Forca to WC? Apaan tuh .. What’s the mean ? Aku cuma menggeleng-gelengkan kepala. Ada-ada saja.
2. Perkenalan
Setelah semua kelompok sudah ada yang bertanggung jawab, maka diputuskan bahwa hari Jum’at ini setelah semua pulang sekolah, semua anggota Rohis mengumpulkan anggota Liqo’ mereka masing-masing.
Aku tergopoh-gopoh menuju musola mencari pasanganku. Aku disambut oleh Dik Nining, “Mbak, kita hanya berdua, Mbak Tria nggak bisa ikut. Ada rapat OSIS katanya”.
“Oh… Dik Tria nggak bisa ikut, ya sudah nggak apa-apa. Kita berdua juga nggak apa-apa, yang penting niat kita,” ucapku, ”sekarang saja yuk, kasihan kalau mereka kelamaan nunggu”.
Tiba dikelas 1.2 kami menyapa mreka dengan salam, setelah menjawab salam kami, terdengar lirih kasak-kusuk mereka karena kedatangan kami. Kami hanya tersenyum.
“Ayo dek, mejanya kita atur supaya semuanya bisa duduk melingkari meja,” ajakku pada mereka agar bersama-sama mengatur meja. Setelah semuanya beres, acara dimulai.
“Kita mulai ya … Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh”. Mereka menjawab salamku. “Alhamdulillahirobbil‘alamin, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga atas anugerah serta hidayah-Nya sehingga pada kesempatan kali ini bisa bertemu pada acara Liqo’ tanpa halangan suatu apapun.”
“Amin …” jawab mereka serempak
“Tak lupa sholawat serta salam selalu tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW serta para sahabatnya yang pantang menyerah menegakkan agama Islam.” Ku pandang wajah mereka. Eh, ada yang wajahnya persis seperti Agus, jangan-jangan dia adiknya ?
“Mm… langsung perkenalan ya,” senyumku menekan mencairkan suasana yang kaku.
“Kenalkan nama saya Putri Nuraini, cukup panggil Putri saja. Alamat saya di Malang” paparku,. “Sekarang gantian…,” pintaku.
“Mbak, TTLnya?” tanya mereka
“Wah, TTL segala, penting ya?” aku basa-basi
“Penting dong Mbak …” sahut mereka.
“Ya udah, saya lahir tanggal 6 Juli 1987 di Jayapura”
“Jayapura Mbak? Jauh banget … kok bisa sampai sini?” mereka takjub.
“Yah pokoknyalah … kalau diceritakan terlalu panjang, yang penting saya ikut orang tua saya, Any question?”
“Nggak ya, kalau begitu gantian partner saya yang memperkenalkan diri. Diteruskan kalian ya, silakan mbak …,” aku mempersiapkan Nining untuk berkenalan.
“Makasih Mbak, kenalkan nama saya Wahyuningsih Panggil Nining saja. Alamat sama dengan Mbak Putri, tapi beda desa. TTL 13 Oktober 1988 di Malang”.
Kemudian secara bergantian mereka memperkenalkan diri. Dari mereka aku mendapatkan data 12 anak, yaitu : Siti, Lestari, Wati, Tatik, Mawar, Yani, Okta, Tutik, Retno, Rika, Yola, Lina. Dan benar, ternyata ada salah satu diantara mereka memang adiknya Agus. Namanya Lina. Nama lengkapnya Lina Hapsari. Shock! Sudah pasti itu.
“Oke, semuanya sudah memperkenalkan diri, sekarang kita tentukan waktu Liqo’ bagaimana? Mau satu minggu sekali atau dua minggu sekali?” tanyaku.
“Dua minggu sekali mbak, kalau tidak ada KJS”, jawab mereka.
“Dua minggu sekali pada saat tidak ada Kajian Jum’at Sore,” aku mengulangi jawaban mereka. “Jadi habis pulang sekolah jam 10.15, kita Liqo’nya jam 10.30 sampai jam 11.30, ya …” jelasku, mereka mengangguk.
“Trus program Liqo’ kita apa saja nih?” tanyaku lagi
“Pokoknya ada materi, terus juga ada refreshingnya juga, biar nggak ngebosenin, setuju nggak dek ?” tanya Nining.
“Setuju mbak, terus ada sharingnya juga mbak…”
“Ya, boleh … kalau begitu sekarang yang jadi ketua Liqo’ siapa” tanyaku.
Adegan saling tunjuk terjadi. Suasananya menjadi gaduh. Banyak diantara mereka yang memilih Lina.
“Udah… udah… nggak usah saling tunjuk, kita voting aja. Yang memilih Lina siapa? “aku menengahi. Ada enam anak yang mengacungkan jarinya.
“Pendukungnya Yola siapa saja?” tiga anak yang memilihnya.
“Oke, berarti yang memilih Tutik cuma satu anak ya…”
Aku memandang mereka semua. “Yang jadi ketua Dek Lina, setuju?”
“Setuju …” kompak sekali mereka menjawabnya.
“Eh Mbak, kalau nggak bisa bagaimana?”, Lina tidak setuju.
“Bisa kok dek, kamu pasti bisa. Ini teman-teman kamu yang memilih loh, bukan saya,” Lina tersenyum. Aku juga membalasnya dengan senyum. Ternyata Lina tidak horor seperti yang aku duga. Dia bahkan gadis yang manis.
“Terus yang jadi wakil Yola, sekretarisnya Okta, bendaharanya Tutik, bagaimana?” aku meneruskan lagi.
“Iya mbak …”, jawab mereka
Tak terasa sudah satu jam berlalu. “Kalau begitu berhubung sudah jam setengah sebelas, kita sudahi Liqo’ kita hari ini. Semoga bermanfaat. Mari kita tutup dengan membaca hamdalah bersama-sama”
“Alhamdulillahirobbil’alamin…”
“Kalau ada apa-apa, cari saya di 3 IPS 2 ya …”
Mereka perlahan-lahan meninggalkan kelas. Aku mengikuti mereka keluar kelas. Lina kemudian mendahului aku.
“Ayo mbak …”sapa Lina ketika aku sedang berbicara dengan Nining.
“Oh … iya dek, hati-hati ya…,” jawabku.
“Iya mbak, duluan ya …,” aku mengangguk.
Tiba di Musola, aku berkumpul dengan teman-temanku. “Ih… jahat mbak Widya, katanya adiknya Agus di kelas 1.1! “protesku
“Loh... emang kamu dapat Liqo’nya adiknya Agus? Ya … maaf kan aku juga belum tahu pastinya,” aku mengangguk.
“Namanya siapa mbak? Katanya namanya Lina?” tanya Tia, teman perjuanganku juga.
“Iya, namanya Lina, orangnya cantik dan ternyata tidak horor seperti yang kubayangkan,” jelasku.
“Nah tuh… nggak horor kan…,” sekarang gantian mbak Widya yang memprotesku.
Aku pun meringis lebar ke arah mbak Widya.
Langganan:
Komentar (Atom)