To Lina
di 1.2
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hai dek, how are you? Aku baik-baik saja cuma sedikit
kecapean. But pada umumnya aku fine-fine aja. Udah mau ujian lagi, stress! Belajar, belajar dan belajar!
Dek, kamu
lagi ada masalah dengan komunikasi kamu? Kenapa? Coba deh kamu baca
Al-Ma’fsurat[1] kalau aku lagi berhalangan sholat atau
lagi ada trouble, dengan baca Al-Ma’tsurat hatiku jadi lebih tenang.
Merasakan
kebesaran dan keagunganNya itu memang luar biasa. Pasti ada banyak kenikmatan
yang terselubung dibalik suatu cobaan yang kita hadapi.
Dek, jadi
orang yang mandiri itu sulit ya! Sulit untuk benar-benar mandiri. Kita pasti
masih membutuhkan orang lain. Bahkan mungkin untuk meraih predikat dewasa itu
sulit. Aku merasa aku ini masih childish padahal umur sudah berapa? Ah …
biarkan berjalan apa adanya.
Dek, do’akan aku ya biar aku bisa lulus dengan nilai yang baik. Sungguh …
kalau setiap orang ditawarin untuk siap ikut ujian pasti mereka nggak siap ikut
ujian, apalagi ini sebuah konsekuensi yang harus diambil. Tanya saja pada
teman-temanku pasti mereka menjawab belum siap untuk ujian. Apalagi aku
… But I’ll try to do the best!
Mungkin segini dulu suratku, lain kali kita sambung
lagi. Aswan …
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
With Love
Puteri
---- *** ----
Aku berjalan di Hall sekolah
untuk mencari seorang Lina. Tapi
Lina tak ada disana. Mungkin dia dikelasnya. Aku langsung pergi ke sana.
Di pertengahan jalan aku
bertemu Ani, temanku.
“Ani sini deh, aku mau ngomong
sebentar sama kamu. “Ani mendekatiku
“Ada apa Put?” tanyanya
“Nggak ada apa-apa. Tapi aku
mau ngrepotin kamu. Aku minta tolong nih … tapi maaf lho..”
“Nggak apa-apa santai saja ..
emangnya apa yang bisa aku bantu,” katanya
“Anu, rumah kamu dekat kan
sama toko yang menyediakan Al Ma’tsurat” Ani mengangguk,” Aku titip tolong
dibelikan satu ya, mau aku buat hadiah teman,” jelasku.
“Oke, beres…”
“Nanti aku ganti uangnya,”
kataku kemudian
“Halah … nggak usah dipikirkan
… santai aja,” kemudian Ani berlalu pergi.
“Thanks,” kataku setengah
berteriak Ani tersenyun kepadaku.
Sementara itu Lina
melambai-lambai tangannya kepadaku.
“Sini mbak …,” teriaknya. Aku
mendekatinya dan menyerahkan surat balasan.
“Duduk-duduk dulu,
cerita-cerita sama kita,” anak buahku yang lain memintaku untuk bergabung
bersama mereka sampai bel masuk berbunyi. Aku tak kuasa untuk menolak ajakan
mereka.
Lina datang bersama kakaknya,
Agus, kesekolah keesokan harinya. Dia mencariku ke kelas tapi lewat jendela
yang berhadapan langsung dengan tempat parkir.
Dia memberiku sepucuk surat. Tapi
di kelas ramai jadi tidak langsung aku baca surat itu.
Aku berjalan keluar kelas.
Menghampiri kerumunan teman-temanku yang lagi pada jongkok didepan kelas. Saat
asyik ngobrol-ngobrol dengan mereka. Ada sebuah tendangan kecil mendarat di
kakiku. Aku sebel karena aku merasa terganggu dengan tendangan itu. Tapi aku
tahu itu cuma ulah temanku yang iseng. Aku menoleh ke arah temanku yang
menendangku dan mataku langsung terbelalak kaget. Agus! Rupanya dia masih
mengibarkan bendera perang kepadaku. Menyebalkan melihat dia senyum-senyum
begitu. Tapi aku tahu Agus hanya bergurau. Karena aku lihat di wajahnya tidak
ada tampang marah atau kurang senang. Dan dari cerita Lina, aku tahu kalau Agus
juga ikut mendukung Lina untuk berjilbab. Ku tanggapi gurauannya dengan
membalas tendangannya, tapi tidak kena karena aku memakai rok panjang. Alhasil
aksi kejar-kejaran pun terjadi di dalam kelasku. Teman-temanku menyoraki kami,
Capek! Akupun berhenti berlari dan membiarkan Agus mengejekku.
Baru pagi begini keringatku
bercucuran karena aksi kejar-kejaran baru saja. Aku bersyukur karena setelah
itu bel masuk berbunyi. Dan ini berarti saat yang tepat untuk membaca surat
Lina.
To : Mbak Putri
di 3IPS2
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Halo… Apa
kabar ? Aku baik-baik saja. Lumayan sibuk. Capek banyak tugas. Banyak Pe-Er and bentar lagi aku bakalan banyak
ulangan, jadi harus ekstra belajar.
O… iya
gimana dengan sekolah mbak ? Aku lihat mbak sibuk banget, ya… pastilah Mbak
sudah mau ujian akhir. Belajar keras girl !
Eh, mbak
bisa kasih tahu Al-Ma’tsurat yang mbak bilang ke aku ngga ? Siapa tahu bisa
membuat hatiku lebih lega. Insya Allah.
Mbak, aku
mau curhat something ke you. Tentang Arsyad. Aku lumayan jarang ketemu sama
dia, and kalau ketemupun aku pasti berpaling. Takut kalau aku senyum nanti dia
melengos. Ya udah sekarang tiap ketemu sama dia, aku tutup mukaku pake jilbab
untuk menghindarkan tatapan aku ke dia.
He… he… tinggal dua bulan kagi
ya ? Nggak kerasa sih sebentar lagi
kita pisah. Kehilangan ? Insya Allah nggak. Sekalipun kita nggak ketemu, kita
masih bisa ketemu lewat surat. Meskipun pastinya jadi lebih susah.
Mbak, aku
pengen banget bisa medo’akan kalian semua. Semoga semuanya bisa lulus. Amin…
Mbak, jadi
orang mandiri itu memang susah. Gimanapun juga kita sering bergantung sama
orang lain. Kekanak-kanakan ? He… he… biasa ! Dewasa itu relatif. Umur boleh
tambah tapi dewasa itu relatif. Semuanya orang lain yang menilai, tapi dewasa
datang tanpa dipaksa.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Yours
Lina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar